Hello semuanya. Kali ini aku mau bikin review lagi tapi bukan beauty review melainkan book review.
Karena jujur aja aku tuh masih bingung mau nentuin content apa aja yang bakal aku masukin di blog aku, karena lagi seneng-senengnya belajar blogging (meskipun ga ada yang baca) jadi aku tuh berasa semua yang aku suka pengen aku tulis gitu. Dan kali ini lagi pengen bikin review buku yang udah aku baca. Jadi karena ini baru pertama kali bikin review buku dan memang sebelumnya aku juga jarang (banget) baca review buku, aku mohon maaf kalo isinya kurang memuaskan dan kurang informatif, apalagi sampe bikin pusing para pembaca sekalian, haha. Nanti di akhir postingan aku juga bakal kasih rating (1-5) berdasarkan opiniku, jadi yang menurut aku bagus belum tentu bagus buat kamu ya..
Karena jujur aja aku tuh masih bingung mau nentuin content apa aja yang bakal aku masukin di blog aku, karena lagi seneng-senengnya belajar blogging (meskipun ga ada yang baca) jadi aku tuh berasa semua yang aku suka pengen aku tulis gitu. Dan kali ini lagi pengen bikin review buku yang udah aku baca. Jadi karena ini baru pertama kali bikin review buku dan memang sebelumnya aku juga jarang (banget) baca review buku, aku mohon maaf kalo isinya kurang memuaskan dan kurang informatif, apalagi sampe bikin pusing para pembaca sekalian, haha. Nanti di akhir postingan aku juga bakal kasih rating (1-5) berdasarkan opiniku, jadi yang menurut aku bagus belum tentu bagus buat kamu ya..
INFORMASI BUKU :
Judul : The School for Good and Evil #3 Akhir Bahagia Selamanya
Pengarang : Soman Chainani
Ilustrasi : Iacopo Bruno
Alih Bahasa : Kartika Sofyan
Genre : Fantasy
Penerbit : Bhuana Sastra
ISBN : 978-602-394-211-4
Tebal : 732 halaman
Terbit : September 2016
SINOPSIS :
Shopie bimbang. Apakah benar, cinta sejatinya adalah Sang Guru? Jika dia menerima pinangan Sang Guru, Kejahatan akan merajalela. Bukankah ia sudah berusaha keras menjadi baik?
Agatha merasa hubungannya dengan Tedros ma;ah semakin menjauh. Pertengkaran pun mewarnai hari -hari mereka. Hingga mereka menyadari satu persamaan yang menyatukan mereka, Sophie. Mereka bertekad untuk menyelamatkan Sophie.
Misteri demi misteri terungkap dan kebenaran mulai tersibak. Takdir yang menautkan Sophie dan Agatha memang dituliskan dari jauh sebelumnya. Manakah yang akan dipilih Sophie? Tetap bersama Sang Guru dan membiarkan Kejahatan menang? Ataukah memilih membantu Agatha, sahabat terbaiknya, dan Kebaikan untuk menang?
Novel berjudul The School for Good and Evil : Akhir Bahagia Selamanya ini merupakan buku ke tiga dari seri The School for Good and Evil karya Soman Chainani, yang menceritakan tentang petualangan Sophie dan Agatha 2 gadis dari Dunia Pembaca yang dipilih Sang Guru untuk memasuki Dunia Dongeng dan menempatkan masing-masing gadis pada sekolah dongeng yang sesuai dengan jiwa mereka. Sophie pada Sekolah Kejahatan, dan Agatha pada Sekolah Kebaikan, meskipun paras dan penampilan mereka menunjukkan hal yang sebaliknya. Dan satu-satunya cara untuk dapat keluar dari dongeng adalah bertahan hidup.
Pada buku ketiga ini menceritakan tentang perjuangan Sophie dan Agatha dalam mendapatkan cinta sejati untuk dapat menutup buku dongeng mereka dan agar masing-masing mendapatkan kebahagiaan abadi. Buku ini melanjutkan kisah pada akhir buku yang kedua dimana masing-masing gadis berakhir dengan anak laki-laki Baik dan Jahat, Agatha dengan Tedros dan Sophie dengan Sang Guru.
Petualangan dimulai dari bagian Sophie yang masih meragukan cinta sejatinya, Sang Guru, yang kemudian mengenalkan diri sebagai pemuda tampan bernama Rafal. Sementara di sisi Agatha, ternyata hidup bersama dengan Tedros bukanlah perkara mudah apalagi dengan adanya para sesepuh Gavaldon yang ingin membunuh mereka. Akhirnya dengan pengorbanan Callis, Agatha dan Tedros dapat kembali ke dunia dongeng dan bertemu dengan Liga Tiga Belas yang merupakan perkumpulan dari pahlawan-pahlawan lama dari beberapa dongeng legendaris.
Agatha dan Tedros mendapatkan bimbingan dari penyihir Merlin dalam melaksanakan rencana untuk menyelamatkan Sophie dan membujuk Sophie agar mau menghancurkan cincin angsa emas Angsa Hitam agar dapat mengalahkan Sang Guru. Setelah itu mereka dan anggota Liga Tiga Belas bersembunyi di tempat Guinevere (Ibu Tedros) berada dan mempersiapkan diri untuk berperang dengan pihak Kejahatan yang dibantu dengan pasukan Penjahat dan Penyihir lama.
Namun tetap saja Sophie masih meragukan cinta sejatinya apakah itu Rafal ataukah Tedros, Sophie ingin memastikan akhir bahagianya adalah dengan adanya cinta sejati di sampingnya. Pencarian cinta sejatinya inilah yang akhirnya membuat Sophie memilih untuk kembali pada Rafal dan memimpin pasukan dan murid-murid Sekolah Kejahatan untuk melawan pasukan Kebaikan.
Perang pun terjadi antara pasukan Kebaikan melawan pasukan Kejahatan. 1 banding 20. Ketika perang tengah berlangsung Sophie dan Agatha masuk ke dalam kawasan sekolah dan akhirnya dapat mengetahui kebenaran dari awal kisah mereka yang memang sudah ditakdirkan sejak lama dan apa kaitannya dengan Dongeng Callis dan Vanessa.
Namun apakah kebenaran akan jati diri mereka yang sebenarnya dapat merubah keberpihakan Sophie? dan bagaimana akhir perang antara Kebaikan dan Kejahatan?
Apakah Sophie dan Agatha akan mendapatkan Kebahagiaan abadi mereka?
REVIEW
Aku mulai baca novel ini tuh justru pas novel ketiga sudah keluar edisi terjemahannya, tapi awalnya cuman beli novel yang nomer 1 sama 2, and surprisingly aku suka banget, kirain ini buku bakal kebanyakan romancenya ternyata malah lebih berfokus sama persahabatan Sophie dan Agatha dan perjuangan mereka untuk menyelesaikan dongeng mereka. Aku semangat banget baca buku 1 & 2 abis itu langsung lanjut beli buku yang ke3. Cuman sayangnya waktu itu lagi sibuk-sibuknya ngerjain skripsi jadi bukunya terbengkalai dan untuk mulai mengaktifkan kembali semangat membaca itu susah banget buat aku.
Pada novel ketiga ini masih melanjutkan kisah dari 2 novel sebelumnya, dengan tambahan tokoh Pangeran Kejahatan Rafal (Sang Guru versi muda). Aku suka banget sama Rafal ini karena kalo sesuai dengan deskripsinya, dia itu mirip sama Jack Frost muda, ulalaah. Kalo dibandingin sama Pangeran Tedros, yang rada plin-plan itu, Rafal ini terkesan lebih keren.
Selain Rafal, yang mengejutkan di buku ketiga ini adalah kemunculan tokoh-tokoh dari
dongeng legendaris, seperti Cinderella dan Ibu tirinya. Ada juga Penyihir Merlin, teman dari Ayah Tedros yang berperan untuk membimbing pahlawan lama dan baru untuk mengalahkan Kejahatan. Merlin di sini menurutku berperan seperti Gandalf, Penyihir tua dalam buku The Lord of the Rings yang juga membimbing Frodo dkk untuk mengalahkan Kejahatan.
Aku suka banget sama latar tempat yang ada di novel ketiga ini, salah satunya adalah Celestium, ruang atau
tempat favorit Merlin untuk berfikir. Celestium merupakan ruang dimensi
yang dihidupkan Merlin dari jubahnya. Di Celestium kita dapat duduk-duduk santai di
atas awan lembut sambil menyaksikan langit malam berwarna keunguan yang dihiasi hamparan bintang keperakan. Selain Celestium masih banyak tempat-tempat luar biasa yang dijadikan latar tempat di sini, buat yang suka berkhayal ke dunia dongeng pasti bakal suka banget sama novel ini.
Yang aku kurang suka di novel ketiga ini adalah alurnya yang lambat, apalagi momen perjalanan ke tempat persembunyian maupun menuju medan perang yang terlalu panjang. Masih lebih cepat yang buku 1 & 2. Menurutku kalo tebal bukunya disamain sama yang ke 1 & 2 malah bakal lebih seru, karena bisa langsung ke adegan-adegan inti aja.
Bagian yang paling aku suka justru pas Sader menceritakan dongeng Callis dan Vanessa, yang akhirnya menguak kebenaran jati diri Sophie dan Agatha yang emang bener-bener aku ngga nyangka sebelumnya. Juga pas perang akan berakhir dan Sophie harus membuktikan kesetiaannya pada Rafal dengan mengorbankan orang yang disayanginya, tapi pas itu udah ketebak sih Sophie bakal gimana reaksinya.
Meskipun Sophie itu masuk kategori Never atau jahat, entah kenapa aku tuh bisa memaklumi segala yang dilakukan atau diinginkan oleh Sophie, aku pikir orang Jahat pun berhak untuk mendapatkan akhir bahagia. Malah kadang aku suka mikir kalo Agatha itu juga punya sisi egois karena dia nggak memikirkan akhir bahagia Sophie.
Sebagaimana pesan yang aku tangkap dari ketiga novel ini, kalo kita ngga boleh ngejudge orang lain hanya dari penampilan luarnya saja. Karena belum tentu yang terlihat baik itu benar-benar baik, dan yang terlihat buruk bisa saja mempunyai hati malaikat. Menurutku pada dasarnya semua orang hanya ingin mendapatkan kebahagiaan masing-masing, namun cara yang salah dan keterlaluan lah yang membuat orang itu disebut jahat *hadeeh sok bijak banget ini.
Aku kirain novel ini bakal sampe buku ke3 aja, eh ternyata ada lagi lanjutannya The School for Good and Evil #4: Quests for Glory. Untuk buku ke 4 ini sudah terbit di Amerika tapi belum tahu kapan terjemahannya terbit di Indonesia.
Jujur, aku lebih suka buku 1 & 2, tapi buku ke 3 ini bener-bener di luar perkiraan aku dan recomended banget buat yang suka genre fantasy.
RATING : 🌟🌟🌟🌟 (4/5)
Xx, Sellyan Kumala
Hallo kak
ReplyDeleteHi :)
DeleteApa ada novel terjemahannya kak??
ReplyDeleteKalo ada beli di mana novel terjemahannya
Ini novel terjemahan kak, sudah lengkap ketiganya dalam bahasa Indonesia. Aku dulu belinya di gramed, tapi kurang tau juga kalo mungkin sudah sulit ditemukan soalnya ini udah lumayan lama kak :)
DeleteKakak beli di gramed mana nya kak? saya memang sudah lama tertarik sama nih buku.😀
ReplyDeleteGramed semarang ya, tapi udah hampir 4th jadi mungkin udah agak susah nyarinya. Tp seri lanjutan ini juga udah ada loh
Delete